Jumat, 14 Desember 2012

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PRESTASI ANAK DISEKOLAH


PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

     Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan dan perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga.
Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih sayang dan pengertian.

    Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencakup pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu : Potensi fisik, potensi nalar, dan potensi nurani / qalbu (Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 39).
 
    Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan kualitas kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya manusia ( SDM ) yang demikian sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni kualitas sumberdaya manusia yang meliputi ; kreatifitas yang kuat, produktifitas yang tinggi, kepribadian yang tangguh, kesadaran sosial yang besar, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ( Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 43 ).

Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan keduanya, hal ini dapat dilihat dengan nyata, misalnya : membimbing, membantu mengarahkan, menyayangi, menasehati, mengecam, mengomando, mendikte, dan lain sebagainya.

Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya, maka si anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat, semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya.
Sesuai dengan judul penelitian penulis, dalam pembahasan berikutnya penulis akan memusatkan diri pada pembahasan tentang pendidikan di dalam sekolah atau pendidikan Formal.

Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sedangkan menurut Winkel (1983 : ) Pendidikan di sekolah diartikan : “Proses Kegiatan terencana dan terorganisir, yang terdiri atas kegiatan mengajar dan belajar”.
Pendidikan di sekolah merupakan intesifikasi dan modifikasi dasar-dasar Kepribadian dan pola-pola sikap anak yang dipelajarinya di rumah. Artinya memperkuat dasar-dasar dan pola-pola sikap anak yang positif dan mengubah dasar-dasar kepribadian dan pola-pola sikap anak yang negatip yang dipelajari dilua sekolah

B.      Rumusan Masalah
Dalam latar belakang telah dijelaskan tentang pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa. Dari masalah-masalah yang ada dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.Apakah ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa
2. Apakah benar ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa

C.      Tujuan
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa

D.     Manfaat Penelitian
1. Memberi pengetahuan bahwa perhatian orang tua, minat belajar sangat membantu dalam meningkatkan prestasi belajar di sekolah
2. Memberikan pengetahuan bahwa bantuan orang tua sangat mendukung dalam memperbesar minat belajar
3. Memberikan pengetahuan bahwa besarnya perhatian orang tua,minat belajar sangat berpengaruh dalam mencapai dan meningkatkan dalam meraih prestasi belajar.



TINJAUAN PUSTAKA
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.
Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Menurtut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001:70) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan . Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997:193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231) :
“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”

Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991 : 39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
  1. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah :
1). Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah
b). Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

















PENUTUP

Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian

A. Identifikasi variabel penelitian
Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1.. Variabel bebas : Kecerdasan Emosional
2. Variabel terikat : Prestasi Belajar

B. Populasi dan metode pengambilan sampel
1. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi (1993 : 70) populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1-6 SD yang berumur berkisar 6-12th. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak sekolah, jumlah populasi kelas 1-6 berjumlah sebanyak 240 orang.
2. Metode Pengambilan Sampel
Mengacu pada tabel Morgan maka diperoleh jumlah sampel sebesar 148 orang. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik proporsional random sampling. Menurut Sutrisno Hadi (1996:223) alasan penulis menggunakan random sampling ini adalah memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Selain hal tersebut, Sutrisno Hadi (1996:223) mengatakan suatu cara disebut random apabila peneliti tidak memilih-milih individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian. Teknik random sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah pertama adalah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, setelah membuat nomor yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil sebanyak 148 kali. Nomor yang keluar dipergunakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiap-tiap sub populasi mendapat bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian


Menurut M. Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel dengan metode proporsional random sampling dipergunakan rumus

keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi
Ni : Total sub populasi
N : Total populasi
n : Besarnya sample
Berdasarkan kriteria sampel di atas maka diperoleh distribusi sampling sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi sampling
Kelas
1
2
3
4
5
6
Jumlah
Populasi
40
42
40
38
42
38
240
Sampel
25
26
25
23
26
23
148


KESIMPULAN
Dukungan keluarga terutama orang tua sangat berpengaruh terhadap tinggkat prestasi anak.
Seorang anak yang mempunyai perhatian dan hubungan yang baik dengan orang tua cenderung mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memecahkan problem-problem yang dihadapi secara cepat dan tepat, termasuk problem-peoblem dalam rangka meraih prestasi yang optimal.

SARAN
Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan dan memberikan dukungan terhadap anak-anaknya dirumah sehingga prestasi belajar anak meningkat.


KUISIONER

1.      Apakah ade-ade sering berkomunikasi dengan orang tua sepulang sekolah ?
a.      Iya
b.      Tidak

2.      Apakah orang tua anda sering menanyakan kegiatan apa saja yang ade-ade lakukan disekolah ?
a.      Iya
b.      Tidak

3.      Apakah ade-ade senang  bila orang tua atau keluarga anda menanyakan kegiatan-kegiatan anda disekolah ?
a. iya
b. tidak


FAKTOR PRILAKU BERPACARAN DENGAN PRESTASI MAHASISWA


PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
     Pacaran, sepertinya telah dinobatkan oleh remaja saat ini sebagai satu-satunya ekspresi cinta kepada lawan jenis. Otomatis ikatan baku syahwat ini sedikit banyak mempengaruhi jalinan persahabatan cewek-cowok. Makin sulit ditemukan hubungan dekat remaja-remaji yang murni pertemanan. Selaluuu aja ada benih-benih cinta di hati yang tersemai tanpa mereka sadari.

     banyak remaja yang ngerasa kalo jadi pacar atau punya pacar bikin hidup terasa lebih indah. Katanya sih, mereka udah nemuin soulmate alias belahan jiwanya. Seseorang yang memanjakan perasaan cintanya; yang menjaga dan melindunginya yang begitu perhatian dan peduli padanya yang menyediakan a shoulder to cry on yang mengulurkan tangannya saat salah satunya down hingga rela berkorban untuk memenuhi permintaan pasangannya.

B.      Rumusan Masalah
1.      Apakah ada hubungan antara berpacaran dengan prestasi mahasiswa.

C.      TUJUAN
Untuk mengetahui ada tidak nya hubungan antara berpacaran dengan prestasi mahasiswa.

D.     MANFAAT PENELITIAN
Memberi pengetahuan bahwa berpacaran dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.




TINJAUAN PUSTAKA
Banyak rugi di balik pacaran
Kalo diperhatiin sekilas, bisa jadi orang mengganggap pacaran itu nggak ada ruginya. Padahal, banyak juga ruginya. Antara lain :
1. Rugi waktu
Apabila kita mempunyai pasangan,terusa saat kita sedang ada jadwal kuliah dan paangan kita membutuhkan bantuan kepada kita dengan segera maka,sebagian besar mahasiswa akan lebih memilih membanu pasangannya dari pada berangkat kuliah.
Ini juga yang dapat menyebabkan prestasi menurun..

2. Rugi pikiran
Sehebat-hebatnya manusia mengelola alokasi pikiran dan perhatian untuk ngurusin hidupnya, belum tentu dia mampu mengendalikan rasa cintanya. Asli. Ketika kita jatuh cinta, nggak gampang kita mikirin urusan lain. Semua pikiran kita selalu mengerucut pada satu objek: Pacar.
Nggak heran kalo sitaan pikiran yang begitu besar dalam berpacaran bisa bikin prestasi belajar menurun. Itu juga bagi yang berprestasi.
3. Terbiasa nggak jujur
Jika mempunyai pasangan maka akan lebih sering berbohong untuk menghabiskan waktu dengan pacar, terutama berbohong untuk tidak turun kuliah dengan lasn sakit dan lain-lain.
Factor ini juga yang dapat membuat nilai menurun karena jarang masuk dan mengikuti perkuliahan.



PENUTUP

A.     METODELOGI PENELITIAN







B.      KESIMPULAN
Hubungan berpacaran sangat mempengaruhi prestasi mahasiswa.
Mahasiswa yang mempunyai pacar cenderung lebih mementingkan untuk menghabiskan waktu untuk pacar dibandingkan kuliah,sehingga menimbulkan turunnya prestasi dalam perkuliahan.

C.      SARAN
Sebaiknya mahasiswa dapat membedakan dan membagi waktu antara kuliah dengan berpacaran, sehingga walaupun mempunyai pacar prestasi dalam kuliah tetap memuaskan dan dapat membuat dampak yang positif bagi kehidupannya dan perkuliahannya.







KUISIONER

1.      Apakah anda pernah bolos /tidak kuliah dan menghabiskan waktu dengan pacar anda ?
a.      Iya
b.      Tidak

2.      Apakah pestasi / nilai ipk anda menurun setelah mempunyai pacar ?
a.      Iya
b.      Tidak

3.      Apakah anda lebih memilih menghabiskan waktu dengan pacar dari pada kuliah ?
a.      Iya
b.      tidak